Trendtech, Jakarta – Pekan ini Alibaba merampungkan program eFounders Fellowship angkatan ke-8 di Hangzhou, Tiongkok yang diiikuti oleh 38 pendiri startup dari berbagai negara di Asia Tenggara, dengan 17 di antaranya berasal dari Indonesia.
Para partisipan datang dari berbagai latar belakang industri, seperti e-commerce, fintech, logistik, pariwisata, juga maha data. Secara kolektif, perusahaan-perusahaan startup ini mempekerjakan lebih dari 3 ribu karyawan dan melayani lebih dari 6 juta pelanggan.
Baca juga : Alibaba Luncurkan IPO di Hong Kong
Diselenggarakan atas kerjasama antara Alibaba Business School dan badan PBB United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), program ini bertujuan untuk memberdayakan para pendiri startup dari negara-negara berkembang sehingga dapat memanfaatkan transformasi digital demi mewujudkan perkembangan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Dewasa ini, pendiri startup kerap dituntut atau merasa harus membesarkan perusahaan mereka, kadang tanpa memedulikan bagaimana pun caranya,” tutur Afia Fitriati,salah satu peserta yang merupakan founder dari Gadjian, startup yang bergerak di bidang sistem Human Resource, pada seremoni penutupan program eFounders Fellowship.
Lanjut Afia, “Program Alibaba eFounders Fellowship ini mengingatkan kami bahwa pada akhirnya, yang paling penting adalah dampak positif yang dihasilkan. Kami belajar bagaimana membangun budaya yang tepat untuk perusahaan kami, bagaimana menjadi pemimpin yang baik, serta bagaimana menciptakan lingkungan kondusif untuk dapat menumbuhkan budaya yang positif.”
Selama 10 hari berlangsungnya program, para peserta dibekali berbagai wawasan bisnis melalui seminar dan kunjungan ke berbagai lokasi untuk memahami dan belajar secara langsung, bagaimana transformasi digital di Tiongkok yang telah terjadi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir itu dilakukan.
Yohanes Sugihtononugroho, pendiri Crowde, startup yang bergerak di bidang finansial untuk mendorong ekonomi petani kecil, mengatakan, Program ini menyadarkan saya bahwa ada begitu banyak teknologi baru yang bisa dimanfaatkan untuk mengangkat mereka yang belum terwakili di Indonesia. Saya belajar tidak hanya konsep dan teknologi baru untuk memberikan pengakuan bagi mereka yang belum terwakili, tetapi juga dasar pemikiran strategis yang dapat membangun bisnis, industri, dan ekosistem menjadi lebih baik.
Program ini juga memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mengakses ekosistem Alibaba, mendapatkan pemahaman lebih dalam akan peran Alibaba dalam mendukung dan membangun ekonomi digital di Tiongkok.
“eFounders Fellowship dari Alibaba telah memberikan saya perspektif baru yang sangat nyata. Bagi saya, sangat menarik untuk dapat melihat dan merasakan lebih dekat akselerasi pertumbuhan dan perluasan ekonomi yang diciptakan melalui ekonomi digital,” jelas Meidy Fitranto, Founder dari Nodeflux, sebuah startup asal Indonesia yang bergerak di bidang computer vision.
Baca juga : Gandeng Alibaba Cloud Indonesia, Lyto Game Siap Rambah Pasar Global
“Alibaba tidak hanya membangun e-commerce menjadi sesuatu yang lebih, tetapi juga membentuk sistem organisasi dengan fondasi yang kuat berbasis culture, values, dan mission, yang membuat Alibaba dapat menciptakan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat, serta mampu berdaptasi dalam perubahan secara berkelanjutan,” lanjut Meidy.
Pada penghujung program, para partisipan diminta mengungkapkan rencana untuk berbagi wawasan baru yang telah mereka dapatkan melalui program ini dengan para wirausahawan lain dan komunitas lain di negara asal masing-masing, serta bagaimana mereka dapat menggunakan pengetahuan baru ini ke dalam model bisnis mereka. Upaya ini merupakan perwujudan dari cita-cita Jack Ma, pendiri Alibaba Group, sebagai Special Adviser for Young Entrepreneurs and Small Business, yang menargetkan dapat memberdayakan lebih dari 1.000 wirausahawan untuk mencapai kesuksesan dalam mewujudkan perkembangan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui ekonomi digital dalam waktu lima tahun.