Trendtech, Jakarta – Red Hat penyedia solusi open source, memperkenalkan Red Hat Enterprise Linux 9, sistem operasi Linux yang dirancang untuk mendorong terciptanya lebih banyak inovasi yang konsisten di lingkungan open hybrid cloud, mulai dari bare metal server, hingga penyedia cloud dan edge terjauh di jaringan enterprise.
Vony Tjiu, Country Manager, Red Hat Indonesia memaparkan, Red Hat Enterprise Linux 9 dirancang untuk mendorong transformasi enterprise yang paralel dengan kekuatan pasar yang terus berkembang dan permintaan pelanggan di dunia IT yang terotomatisasi dan terdistribusi. Platform ini akan tersedia secara umum dalam beberapa minggu mendatang.
Baca juga: ZTE Pamerkan Lebih Banyak Penggunaan 5G di XL Axiata Technology Days
Besaran e-commerce market di Indonesia pada 2025 adalah US$40 milar. Layanan cloud ternyata membantu mendorong pertumbuhan GDP di Indonesia. Begitu juga konektivitas 5G, mendorong pengadopsian skenario-skenario bisnis yang baru. Artinya semakin besar peluang bagi open source untuk berkontribusi dan memberikan dampak dalam pengakselerasian ekonomi digital Indonesia.
Red Hat berpeluang untuk berkontribusi sebagai the open hybrid cloud technology leader, yang memungkinkan inovasi terjadi di mana saja dengan pilihan yang luas dan fleksibel. Open Hybrid cloud bukan konsep yang baru bagi Red Hat.
“Solusi-solusi Red Hat dibangun untuk bisa beradaptasi dengan realitas enterprise computing yang hybrid, inovatif, konsisten dan aman,” ujar Vony
Dimulai dari Red Hat Enteprise Linux sebagai fundamental dari Enterprise Linux Platform, di semua lingkungan. Diekspansi ke Openshift yang memberikan development plane yang konsisten untuk inovasi aplikasi.
“Di Red Hat, kami menciptakan masa depan dengan menjembatani operasional dan lingkungan yang Anda miliki sekarang,” ucap Vony.
Red Hat Enterprise Linux 9 juga menyoroti upaya Red Hat dalam menyediakan fungsi sistem operasional terpenting sebagai layanan, mulai dengan layanan pembuat gambar baru. Mendukung fungsi yang sudah ada di core platform, layanan ini mendukung kreasi gambar untuk sistem file yang bisa dikustom dan penyedia cloud besar serta teknologi virtualisasi termasuk AWS, Google Cloud, Microsoft Azure dan VMware.
Red Hat Enterprise Linux 9 juga mendukung patching pada kernel secara live dari konsol web Red Hat Enterprise Linux, lebih jauh mengotomatisasi cara organisasi IT mengatasi tugas-tugas penting dalam skala besar. Ini memungkinkan tim operasional IT untuk mengaplikasikan update di seluruh penggelaran sistem yang terdistribusi tanpa harus mengakses command line tooling, sehingga memudahkan untuk mengatasi masalah yang mempengaruhi produksi mulai dari core di pusat data, multiple cloud, hingga edge.
Baca juga: 3 Tren Penggunaan 5G yang Akan Segera Hadir untuk Masyarakat Indonesia di 2022
Dikembangkan dengan kerjasama strategis yang diperluas dengan Microsoft pada 2015, Red Hat Enterprise Linux 9 tersedia saat peluncuran di Microsoft Azure, menyediakan fondasi yang siap untuk teknologi kunci Microsoft, termasuk Microsoft SQL Server, berkat upaya rekayasa bersama dengan Microsoft. Ini termasuk modul co-pilot dengan kinerja yang disesuaikan, profil yang diatur, peran sistem SQL Server dengan dukungan Ansible dan banyak lagi. Red Hat Enterprise Linux 9 juga terus mendukung penuh pengembangan dan aplikasi .NET, membawa aplikasi yang dibuat dengan platform pengembangan Microsoft ke platform Linux enterprise terdepan di dunia.
Red Hat Enterprise Linux 9 akan tersedia secara umum dalam beberapa minggu mendatang melalui Red Hat Customer Portal dan marketplace penyedia cloud besar. Red Hat Enterprise Linux 9 juga bisa diakses melalui program Red Hat Developer tanpa biaya yang memberikan pengembang akses ke software, video tutorial, demo, panduan untuk mulai, dokumentasi dan banyak lagi.