Trendtech, Jakarta – Setelah melalui proses penjurian yang ketat, telah terpilih tiga tim pemenang dan satu tim pemenang People Choice Award Samsung Solve for Tomorrow (SFT) 2024 dari masing-masing kategori yang dilombakan.
“Tahun ini, kami sangat bangga melihat antusiasme dan minat anak-anak muda Indonesia yang luar biasa menjadi peserta Samsung Solve for Tomorrow. Jumlah peserta yang mendaftar mencapai 2400 anak Indonesia. Ini berarti 1,5 kali lipat dibandingkan tahun lalu,” jelas Ennita Pramono, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia.
Ennita menambahkan, kalau kategori Universitas yang menjadi kategori baru bagi kompetisi ini. Dan tim Solyd Ias dari Universitas Brawijaya berhasil terpilih menjadi pemenang pertama SFT 2024 yang membawa inovasi Portable Kit D-Dimer Level Detector untuk membantu penderita kardiovaskular dengan resiko sudden cardiac death.
Baca juga: 5 Alasan untuk Mengadopsi AI
“Pada sesi ini, ada pemenang dari Universitas Brawijaya, dengan tiga anggota perempuan, generasi muda yang memiliki kepedulian pada lingkungan dan sosialnya,” sambungnya.
Solusi yang dihadirkan tidak hanya mencerminkan potensi generasi muda akan kecerdasan teknologi, tetapi juga kepedulian terhadap isu-isu kritis sosial yang dihadapi bangsa.
Safina Amelia Khansa selaku perwakilan tim Solys Ias bercerita kalau alat ini dikembangkan sejak 2020 lalu. Tujuannya, mereka berkaca dari kematian Ashraf Sinclair yang merupakan mantan suami Bunga Citra Lestari.
“Kami terinspirasi dari Ashraf yang meninggal tiba-tiba padahal beliau aktif berolahraga. Hal yang kami tahu adalah beliau meninggal karena sudden cardiac death (SCD) atau kematian jantung mendadak, jadi saat tidur beliau meninggal,” kata Safina saat konferensi pers bersama Samsung Indonesia di Jakarta, Jumat (1/11/2024).
Mahasiswi semester lima ini, beserta teman-teman tim Solyd Ias, kemudian mencari tahu lebih lanjut soal penyakit tersebut. Mereka menemukan kalau penyakit sudden cardiac death dapat dideteksi melalui kadar D-dimer.
D-dimer adalah produk degenerasi fibrin yang berguna untuk mengetahui abnormalitas pembentukan bekuan darah atau kejadian trombotik serta untuk menilai adanya pemecahan bekuan atau proses fibrinolisis.
D-dimer juga menjadi bahasan yang vital dalam dunia medis akhir-akhir ini dalam fungsinya sebagai marker, utamanya terhadap penyakit-penyakit kardiovaskular.
Sayangnya, masalah yang kemudian timbul adalah tidak efisiennya proses pemeriksaan kadar D-dimer. Sebab kadar itu hanya bisa dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun laboratorium dengan bantuan tenaga medis, sampel yang digunakan pun hanya plasma darah.
Penggunaan plasma darah dengan metode pengambilan darah pasien melalui suntikan dinilai tidak singkat. Makanya, dibutuhkan teknologi yang lebih simple dan dapat berfungsi semacam rapid test untuk mendeteksi kadar D-dimer.
Maka dari itu, tim Solyd Ias mengembangkan Portable KIT D-dimer Level Detector berbentuk strip rapid test dengan mengadopsi metode ELISA KIT dan lateral flow immunosorbent assay. Alat ini tidak menggunakan sampel darah, tapi lewat saliva (liur) dan urin.
Baca juga: Bakti Kominfo Raih Best Transition Leader Dalam GCG Awards 2024
Lebih lanjut Safina bercerita kalau mereka juga mengembangkan aplikasi bernama D-App untuk mengintegrasi citra warna yang muncul pada rapid test. D-App ini dirancang berbasis deep learning dengan metode Convolutional Neural Network (CNN).
“Penggunaan alat ini dalam pengujian kadar D-dimer dapat dilakukan di mana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun,” papar dia.
Lebih lanjut Safina mengungkapkan kalau tim Solyd Ias telah menguji coba alat ini kepada 40 orang dan menghasilkan 11 ribu sampel. Ia mengklaim kalau tingkat akurasi alat tersebut mencapai 94,7 persen.
Berkat alat ini, tim Solyd Ias selaku pemenang SFT 2024 berhak mendapatkan hadiah berupa produk-produk Samsung senilai Rp 170 juta.
“Kami berharap alat kami bisa menjadi alat pemeriksaan deteksi dini yang praktis, dapat digunakan siapa pun, terutama mereka-mereka yang jauh dari fasilitas kesehatan,” pungkas Safina.