Trendtech, Jakarta – Dalam sepuluh hingga lima belas tahun terakhir, pendidikan Indonesia sudah banyak mengalami perubahan. Anggaran pendidikan kini sudah mencapai 20% dari APBN, meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2015 dibanding pada tahun 2000. Indonesian Family Life Survey yang diselenggarakan oleh lembaga RISE juga menunjukkan angka partisipasi sekolah yang cukup tinggi, di mana saat ini 99,5% anak Indonesia sudah mengenyam pendidikan di tingkat SD. Data yang dirilis oleh Kemenkominfo dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet pada tahun 2017 juga menyebutkan bahwa 54% masyarakat Indonesia sudah terpapar internet dan 50% sudahmemiliki ponsel cerdas.
Meskipun demikian, Indonesia konsisten menduduki peringkat terbawah dalam pengukuran kualitas pendidikan PISA. Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 negara pada PISA 2012 dan mendapatkan peringkat 65 dari 73 negara pada PISA 2015. Tidak hanya itu, laporan OECD juga menunjukkan dalam jangka waktu 15 tahun kemampuan Matematika siswa Indonesia menurun dan kemampuan membaca sarjana Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan lulusan SMP di Denmark. Indonesian Family Life Survey menyebutkan bahwa hanya 17,5% pelajar Indonesia tingkat SMA bisa menjawab soal pecahan sederhana yang merupakan kompetensi kelas 4 SD. Realita ini semakin disudutkan oleh skor rata-rata Uji Kompetensi Guru oleh Kemendikbud pada tahun 2017 yang juga tidak mencapai skor minimum di semua tingkat pendidikan.
Sabda Putra Subekti, Co-Founder dan Chief Executive Officer Zenius Education,mengatakan, “Sistem pendidikan Indonesia saat ini belum menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan. Siswa bersekolah dari pagi hingga sore, kemudian melanjutkan belajarnya di bimbel, mengerjakan PR di malam hari, dan belajar privat di akhir pekan. Hal ini terjadi selama 12 tahun dalam hidup mereka, dan mereka menempuh itu semua karena tuntutan eksternal, bukan karena motivasi intrinsik. Sistem pendidikan seperti ini menciptakan pengalaman belajar yang tidak memicu rasa ingin tahu dan tidak membangun pemahaman.”
Zenius Education sebagai pionir edtech di Indonesia berkomitmen mentransformasi para individu menjadi pembelajar yang rasional, berpemikiran saintifik, dan berakal melalui sistem pendidikan yang unggul. Selama dua belas tahun berdiri, Zenius mengajar, mendengarkan, memahami, merasakan, dan ikut terlibat dalam perjuangan parapembelajar di seluruh Indonesia. Sepanjang tahun ajaran 2018-2019, website zenius.net sudah dikunjungi 11,8 juta pengguna.
“Pemerintah Indonesia sendiri sudah mengumumkan rencananya dalam lima tahun ke depan untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia. Jangka waktu lima tahun adalah waktu yang sangat singkat untuk menciptakan perubahan yang substansial melalui cara tradisional, sehingga diperlukan peran teknologi yang sudah terbukti memberikan terobosan dalam pendidikan dan menyediakan pemerataan akses dalam menjembatani ketimpangan. Akan tetapi, pemanfaatan teknologi di dunia pendidikan harus dipertanggungjawabkan dengan materi yang berkualitas. Harapannya, teknologi tidak menjadi kendaraan yang hanya semakin menyebarluaskan masalah yang sudah ada. Revolusi pengembangan sumber daya manusia Indonesia seharusnya tidak berhenti di cara mengakses materi belajar, tetapi juga harus menyentuh kualitas materi danpengalaman belajarnya,” ujar Sabda.
Untuk mempertegas komitmen sebagai penyedia layanan pendidikan yang berfokus pada pengalaman belajar, Zenius Education mendekatkan kualitas materi dan pengajaran yang teruji selama 12 tahun kepada para pengguna dengan meluncurkan Zenius App. Zenius App hadir untuk mempermudah pelajar dalam mengakses berbagai materi pelajaran dari kelas 1 SD hingga 12 SMA dalam kurikulum KTSP, Kurikulum 2013, dan Kurikulum 2013 Revisi. Tidak hanya materi dan soal untuk ujian sekolah, Ujian Nasional, dan seleksi masuk perguruan tinggi, Zenius App juga memuat 80 ribu video belajar serta ratusan ribu butir soal latihan.
Untuk menggunakan Zenius App, pelajar hanya perlu mengunduh secara gratis melalui Google Play Store. Selanjutnya, pengguna mendaftar untuk berlangganan sesuai dengan durasi waktu yang diinginkan, dengan biaya langganan terjangkau setara dengan Rp 1.100 per hari.
Dengan ribuan video dan materi, ukuran unduh Zenius App kurang dari 20 MB yang Zenius App diakses oleh banyak versi ponsel cerdas. Format video yang ringan dan sistem kompresi canggih membuat penggunaan kuota Zenius App bisa jauh lebih hemat daripada layanan streaming video populer. Zenius App juga dilengkapi dengan Smart Delivery Network sehingga bisa diakses melalui jaringan 4G, 3G, dan bahkan EDGE tanpa buffer. Hal ini mendukung pengguna untuk nyaman belajar dalam waktu yang lama.
Rizky Andriawan, Chief Technology Officer Zenius Education, mengatakan, “Dari pengalaman yang kami dapatkan dalam beberapa bulan terakhir dengan meluncurkan Zenius App versi BETA, kami semakin memahami bagaimana para pengguna dapat belajar menggunakan platform Zenius dengan lebih cepat, lebih efektif, dan lebih baik. Kami berencana untuk mengembangkan ini dalam skala yang jauh lebih besar lagi, tetapi juga lebih dekat dengan pengguna. Zenius App menawarkan terobosan baru untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia, dan merupakan langkah pertama inovasi teknologi yang kami kembangkan. Para pengguna Zenius dapat menunggu inovasi-inovasi Zenius lainnya di masa depan.”
Dengan durasi terbatas, para pengguna bisa mendapatkan potongan harga biaya berlangganan Zenius dengan durasi hingga 12 bulan. Harga berlangganan 1 bulan menjadi Rp 150 ribu (dari harga asli Rp 165 ribu), 3 bulan menjadi Rp 200 ribu (Rp 220 ribu), 6 bulan menjadi Rp 300 ribu (Rp 330 ribu), 9 bulan menjadi Rp 370 ribu (Rp 407 ribu), dan 12 bulan menjadi Rp 400 ribu (Rp 440 ribu). Selain itu, fitur Download Video akan tersedia di Zenius App pada bulan Agustus 2019, dan Zenius App juga akan tersedia di App Store iOS pada September 2019.