Konsumen Indonesia Cemas, Penipuan Berbasis AI Mengintai di Balik Diskon Liburan

News|November 28, 2025|

Trendtech, Jakarta – Musim belanja liburan yang ditunggu-tunggu ternyata dibayangi oleh kekhawatiran yang mendalam. Bagi banyak dari kita, momen diskon Black Friday hingga akhir tahun adalah kesempatan untuk berburu barang idaman. Namun, di balik kemeriahan itu, hati para konsumen Indonesia justru dipenuhi rasa was-was. Kekhawatiran akan penipuan sintetis, pencurian identitas, dan modus kejahatan canggih berbasis Kecerdasan Artifisial (AI) menjadi momok yang nyata.

Inilah yang terungkap dari laporan terbaru Appdome, Consumer Expectations of Mobile App Security Report. Untuk pertama kalinya, suara konsumen Indonesia ditampung, dan hasilnya sangatlah jelas: kita tidak ingin hanya menikmati diskon, tetapi juga merasa aman.

Baca juga: HONOR Pacu Inovasi AI Lebih Humanis dan Personal, Kolaborasi dengan Raksasa Teknologi Global untuk Pengguna Indonesia

Gelombang Baru Ancaman: Ketika AI Menjadi Senjata Penipuan

Bayangkan, ada pihak tak bertanggung jawab yang dengan mudahnya menyamar sebagai kita. Mereka menggunakan teknologi AI untuk memalsukan suara (deepfake), mencuri identitas, atau membajak akun dengan skala dan kecepatan yang belum pernah terjadi. Data dari berbagai lembaga keamanan menunjukkan lonjakan upaya penipuan hingga lebih dari empat kali lipat selama periode belanja online.

Riset Appdome memotret betapa dalamnya kekhawatiran ini merasuki benak kita:

  • Hampir 6 dari 10 konsumen Indonesia (56,7%) paling takut menjadi korban penipuan sintetis saat bertransaksi lewat ponsel.

  • Sebanyak 40,7% tidak segan menghapus atau meninggalkan aplikasi jika khawatir terhadap pencurian identitas.

  • Yang lebih mencengangkan, 3 dari 4 orang (75,3%) pernah meninggalkan aplikasi karena masalah privasi atau keamanan.

“AI mengubah lanskap penipuan lebih cepat daripada kemampuan bisnis untuk merespons,” jelas Tom Tovar, Co-Creator and CEO Appdome. Ia menambahkan, konsumen kini menuntut bukti nyata bahwa aplikasi yang digunakannya mampu menghentikan penipuan sebelum kerugian terjadi, bukan sekadar janji ganti rugi di kemudian hari.

Paradoks AI: Antara Peluang dan Ancaman di Genggaman Tangan

Menariknya, hati nurani konsumen Indonesia berada dalam “paradoks AI”. Di satu sisi, kita melihat teknologi ini sebagai sebuah peluang. Sebanyak 81,5% responden memandang AI membawa hal positif. Namun, di sisi lain, kita sangat waspada terhadap penyalahgunaannya.

Ekspektasi kita terhadap perlindungan pun melonjak. Tercatat, 90% konsumen berharap aplikasi mampu secara aktif memblokir ancaman berbasis AI seperti bot, deepfake, dan pengambilalihan akun. Bahkan, keyakinan bahwa aplikasi seluler bisa menghentikan ancaman-ancaman ini sangat tinggi (72,3%), melebihi rata-rata global.

Ini adalah tekanan besar bagi penyedia aplikasi, mulai dari perbankan, ritel, hingga travel. Mereka tidak hanya dituntut memberikan pengalaman belanja yang mulus, tetapi juga harus dengan jelas menunjukkan “benteng” keamanan yang melindungi setiap transaksi kita.

Pencegahan, Bukan Ganti Rugi: Suara Hati Konsumen yang Ingin Tenang

Di tengah hiruk-pikuk belanja diskon, ada satu harapan yang sama: kita ingin dilindungi secara proaktif. Budaya “nanti juga diganti” ternyata sudah tidak lagi relevan.

  • Sebanyak 84,8% konsumen Indonesia lebih mengutamakan pencegahan penipuan sebelum terjadi.

  • Mayoritas (53,7%) dengan tegas menyatakan bahwa tanggung jawab keamanan ada di pundak pengembang aplikasi, bukan di perangkat, sistem operasi, atau operator.

  • Privasi adalah harga mati. Sebanyak 79,2% menyatakan privasi sangat penting, dan 8,4% bahkan menolak menggunakan aplikasi yang tidak memiliki perlindungan privasi yang jelas.

“Musim belanja liburan adalah saat penyerang paling gencar beraksi,” pungkas Jamie Bertasi, Chief Customer Officer Appdome. Dengan AI, para pelaku kejahatan kini bisa dengan mudah meniru pengguna asli. Karena itulah, menghentikan serangan langsung dari dalam aplikasi menjadi kunci utama untuk melindungi ketenangan hati konsumen—serta pendapatan bisnis—di momen tersibuk ini.

Baca juga: Samsung Perkuat Literasi AI Indonesia lewat Program SIC Batch 7

Ekspresi Dukungan untuk Aplikasi yang Menjaga Kepercayaan

Lalu, bagaimana bentuk apresiasi kita terhadap aplikasi yang bisa memberikan rasa aman? Survei ini juga menunjukkan bahwa konsumen tidak diam saja. Rasa aman itu akan dibalas dengan loyalitas dan dukungan.

  • Lebih dari 42% konsumen mengaku akan dengan sukarela mempromosikan aplikasi yang aman di media sosial.

  • 30,8% akan meluangkan waktu untuk memberikan ulasan positif.

  • Dan hampir semua orang (98,4%) dengan senang hati akan merekomendasikan aplikasi yang telah melindungi mereka kepada orang terdekat.

Pada akhirnya, di musim belanja liburan ini, yang kita cari bukan hanya barang bagus dengan harga terjangkau. Lebih dari itu, kita mendambakan ketenangan. Ketenangan untuk bertransaksi tanpa rasa takut, karena merasa berada dalam lingkungan digital yang terlindungi dengan baik.

By Published On: November 28, 2025Categories: NewsTags: ,