Laporan Ancaman Siber 2025: Gelombang Eksploitasi CVE dan Kebangkitan Botnet Mirai Mengancam Indonesia

News|August 26, 2025|
Laporan Ancaman Siber 2025: Gelombang Eksploitasi CVE dan Kebangkitan Botnet Mirai Mengancam Indonesia

Trendtech, Jakarta – Dunia digital Indonesia kembali mendapat peringatan keras. AwanPintar.id, platform intelligence ancaman siber nasional dari PT Prosperita Sistem Indonesia, baru saja merilis laporan mendalam bertajuk “Indonesia Waspada: Ancaman Digital di Indonesia Semester 1 Tahun 2025”. Laporan ini memotret gelombang eksploitasi celah keamanan atau Common Vulnerabilities & Exposures (CVE) yang masif, serta kebangkitan mengerikan botnet Mirai yang menyasar perangkat IoT.

Yudhi Kukuh, Founder AwanPintar.id®, memberikan analogi yang mengena, “CVE itu bagai pintu belakang yang tak terkunci di sistem digital Anda. Jika tidak segera ditutup, para penyerang akan dengan leluasa masuk dan mengambil alih kendali.” Ia menekankan bahwa para peretas sangat adaptif, terus memanfaatkan celah lama dan baru. “Kewaspadaan dan strategi manajemen kerentanan yang proaktif bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi setiap organisasi.”

Baca juga: Alibaba Cloud Perkuat Ekosistem AI di Indonesia dengan Model Studio: Exclusive & Sertifikasi VISION

Gelombang Eksploitasi CVE: Ancaman Siber yang Tak Pernah Usang

Sepanjang paruh pertama 2025, laporan AwanPintar.id® mencatat gelombang serangan yang memanfaatkan CVE—daftar celah keamanan teridentifikasi dalam perangkat lunak dan keras. Celah-celah ini ditemukan di berbagai sistem, mulai dari server, aplikasi bisnis, hingga kamera IP dan perangkat IoT yang kita gunakan sehari-hari.

Bayangkan jika celah keamanan ini tidak segera ditambal (patch). Ia menjadi pintu masuk bagi pencurian data, infiltrasi, hingga sabotase. Bagi sektor vital seperti perbankan, telekomunikasi, dan energi, dampaknya bisa sangat fatal: kerugian finansial besar dan hancurnya kepercayaan publik.

Yang lebih mengkhawatirkan, para penjahat siber tidak hanya mengeksploitasi CVE terbaru, tetapi juga celah-celah lama yang ternyata masih banyak dibiarkan terbuka. Ini menciptakan tantangan ganda bagi para ahli keamanan TI. Solusinya? Diperlukan manajemen kerentanan yang proaktif, pemindaian rutin, dan prioritas penambalan pada celah dengan tingkat keparahan tertinggi.

Botnet Mirai Bangkit Kembali, Lebih Cerdas dan Lebih Ganas

Selain ancaman CVE, laporan ini juga mendeteksi kebangkitan botnet lawas yang kini kembali dengan wajah yang lebih berbahaya: Mirai. Botnet berbasis Linux ini terkenal menjangkiti perangkat IoT yang kurang aman—seperti router, DVR, atau kamera pengintai—dan mengubahnya menjadi ‘tentara zombie’ untuk melancarkan serangan DDoS yang mampu melumpuhkan jaringan.

Pada Semester 1 2025, aktivitas Mirai meningkat signifikan. Ini adalah alarm darurat bagi kita semua, mengingat adopsi perangkat pintar dan smart living di Indonesia sedang tumbuh pesat. Rumah tangga, bisnis kecil, hingga infrastruktur publik menjadi sasaran empuk ancaman siber yang nyata ini.

Kemunculan varian baru seperti BusyBox Enable dan Linux.Mirai menunjukkan bahwa para penyerang kini semakin fokus mengeksploitasi perangkat berbasis Linux dan IoT yang seringkali terlupakan keamanannya.

Temuan Kunci Lainnya: Dari Dalam Negeri Hingga Tren Global

Laporan AwanPintar.id® yang komprehensif juga mengungkap sejumlah temuan kritis lainnya:

  • 133 Juta+ Serangan Terdeteksi: Terjadi 133.439.209 insiden serangan siber atau rata-rata 9 serangan per detik. Angka ini turun drastis 94,66% dibanding periode sama tahun 2024, yang diduga kuat terkait dengan momen Pilpres.
  • Teknik Serangan Berubah: Serangan Generic Protocol Command Decode mendominasi (68,37%), sebuah teknik canggih yang memanipulasi protokol jaringan untuk melancarkan DDoS.
  • Ancaman dari Dalam Negeri Meningkat: Serangan siber yang berasal dari dalam Indonesia sendiri meningkat 2,35%, menunjukkan banyaknya infrastruktur domestik (seperti server atau botnet) yang sudah terjangkit dan disalahgunakan.
  • Pergeseran Geopolitik Siber: Tiongkok menjadi sumber serangan terbesar ke Indonesia (12,87%), disusul oleh Indonesia sendiri (9,19%), dan AS (9,07%). Ini mengindikasikan pergeseran sumber ancaman siber global.
  • Diversifikasi Wilayah Serangan: Kerinci muncul sebagai daerah sumber serangan tertinggi di Indonesia (16,69%), menggeser Jakarta (11,62%). Ini membuktikan bahwa ancaman siber 2025 sudah menyebar merata, tidak lagi terkonsentrasi di kota besar.

Baca juga: Red Hat Jawab Kebutuhan AI Masa Depan dengan Inovasi Hybrid Cloud Terbuka

Jaga Kedaulatan Digital adalah Tanggung Jawab Bersama

Dengan memproses jutaan data ancaman setiap harinya, AwanPintar.id® berkomitmen menjadi garda terdepan dalam deteksi dan analisis intelligence siber nasional.

“Temuan kami di 2025 ini menunjukkan kompleksitas ancaman siber yang kian berlapis,” tutup Yudhi. “Dari perangkat IoT di rumah hingga sistem korporat, semua rentan. Kedaulatan digital hanya bisa kita jaga bersama melalui patching berkala, peningkatan kesadaran, dan kolaborasi erat lintas sektor.”

Laporan ini tidak hanya menjadi referensi bagi profesional TI, tetapi juga pengingat bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih waspada dan proaktif dalam melindungi diri di ruang digital.

By Published On: August 26, 2025Categories: NewsTags: ,