Trendtech, Jakarta – Menurut buku elektronik yang disusun oleh BSA | The Software Alliance, kejahatan siber di era COVID-19 adalah ancaman yang lebih besar dari sebelumnya, dengan lebih banyak perusahaan yang mengalami serangan kriminal siber yang mengambil keuntungan dari kondisi ini. Panduan ini merinci tantangan keamanan siber yang muncul di kawasan ASEAN sejak krisis COVID-19 dimulai dan menawarkan saran tentang cara menghadapinya.
Bertajuk “COVID-19 dan Ancaman Siber di Asia Tenggara,” buku elektronik ini menggambarkan bagaimana banyak bisnis di kawasan Asia Tenggara menjadi lebih rentan terhadap ancaman daring akibat gangguan yang disebabkan oleh munculnya pandemi, terutama dengan bertambahnya jumlah karyawan yang bekerja di luar jaringan perusahaan.
Baca juga : China Mobile dan Huawei Hadirkan Teknologi 5G di Puncak Everest
Penjahat siber – mereka yang menggunakan jaringan dan komputer untuk aktivitas illegal yang merugikan pihak lain – menggunakan peluang yang muncul dari perombakan pola bisnis pada umumnya melalui metode seperti phishing surat elektronik, malware, aplikasi yang disamarkan, serta mendeteksi jaringan yang kurang aman untuk keuntungan mereka.
“Selama beberapa tahun, penting bagi para eksekutif perusahaan untuk lebih memperhatikan keamanan siber, karena dampak yang masif ditimbulkan oleh kejahatan siber. Sekarang ini ancaman meningkat, dan kawasan ASEAN sangat rentan untuk bertahan melawan, karena serangan-serangan yang tidak terlaporkan dan meluasnya penggunaan perangkat lunak tanpa izin di sini. Kami berharap dokumen ini dapat berlaku sebagai panduan untuk mengarahkan bisnis dan staf mereka yang bekerja dari jarak jauh ke arahan yang aman dan berkelanjutan, demi kebaikan pelanggan dan karyawan mereka, serta bisnis yang berumur panjang, dan pemulihan ekonomi negara masing-masing,” kata Mr. Tarun Sawney, Senior Director, BSA
Buku elektronik ini menawarkan deskripsi dari taktik kejahatan siber dan saran bagi para eksekutif tentang melindungi karyawan mereka dari menjadi korban kejahatan, seperti menggunakan perangkat lunak yang aman untuk menjalankan semua operasional bisnis – dari komunikasi hingga jaringan keamanan – dan melatih karyawan untuk mengidentifikasi potensi upaya phishing. Panduan ini juga menampilkan statistik terperinci yang dikumpulkan dari berbagai penelitian – termasuk dari anggota BSA seperti IBM dan McAfee – tentang dampak kejahatan siber dan pelanggaran data secara umum pada bisnis, serta contoh-contoh kasus berat baru-baru ini di kawasan ASEAN. Daftar istilah yang berguna tentang istilah keamanan siber dan tautan ke penawaran perangkat lunak gratis oleh anggota BSA melengkapi buku elektronik ini.
“COVID-19 dan Ancaman Siber di Asia Tenggara” tersedia untuk diunduh secara gratis hari ini, 5 Mei 2020 dan mencakup pesan dari tokoh pemerintah terkait di Filipina, Thailand, Indonesia, dan Vietnam yang mengkonfirmasi tingginya ancaman kejahatan siber serta tindakan yang direkomendasikan bagi perusahaan. Bagi yang tertarik, buku elektronik dapat ditemukan di situs cyberfraudprevention-bsa.com dalam bahasa Inggris, Vietnam, dan Bahasa Indonesia.
Baca juga : Demi Melindungi Data Pengguna, Kominfo Minta Tokopedia Lakukan Investigasi Internal
Kami memandang Covid-19 sebagai pertempuran di berbagai bidang. Tentu saja ada krisis di bidang kesehatan, ekonomi, komunikasi, hingga persoalan potensi kejahatan. Salah satunya kejahatan siber yang meningkat saat aktivitas online juga meningkat. Isu global yang kita alami saat ini telah melahirkan budaya baru, diikuti dengan banyak orang bekerja dari rumah maupun dari mana saja ke depannya. Untuk itu, perusahaan dan masyarakat harus memastikan memiliki kesadaran terhadap cyber security. Aktivitas yg semakin banyak dilakukan secara online harus diimbangi dengan upaya mempertahankan keamanan informasi yg menjadi semakin penting pula. Hal ini sangat penting dan sangat menantang. Kami berharap perusahaan-perusahaan mengambil sebanyak mungkin langkah pencegahan untuk melindungi bisnis mereka dari serangan siber yg sangat berbahaya dan merugikan,” sebut Henri Subiakto, Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Staf Ahli Menteri Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika, Henri Subiakto