Trendtech, Jakarta – Korban binary option semakin terprovokasi. Mereka ramai-ramai bermunculan di grup Telegram dan media sosial. Mereka juga menyebutkan ada nama-nama afiliator lain yang terlibat dalam kasus tersebut. Mereka juga akan melaporkan influencer lain.
Di dalam grup telegram tersebut juga menyebutkan bahwa afiliator bukan hanya Indra Kenz saja. Sejumlah nama-nama influencer juga dibahas. Pertama ada nama Influencer Doni Salmanan. Dia juga merupakan nama yang paling sering menjadi sorotan selain Indra Kenz. Dia juga merupakan afiliator dari binary option.
Kemudian, juga ada nama Kapten Vincent Raditya. Influencer ini disebut-sebut di Grup Telegram sebagai afiliator salah satu platform binary option. Selain itu, beberapa nama influencer yang pernah mempromosikan Binomo di video channel youtube mereka adalah Bimo Picky Picks. Bahkan dia menyebutnya dengan kata-kata saham.
Baca juga: Kolaborasi dengan .TEMU, TokoMall Pelopori Pemanfaatan NFT di Industri F&B Indonesia
Nama, influencer lain yang juga disebut adalah Detektif Aldo yang merupakan jaringan dari management Deddy Corbuzer. Para korban juga menghebohkan platform binary option lainnya yaitu QuoteX dan ramai berkumpul di Grup Telegram. Mereka juga menyatakan akan melaporkan para influencer selain Indra Kenz ke polisi.
Polisi masih menunggu laporan tersebut meningat kasusnya adalah bersifat delik aduan. Menurut informasi, selain Indra Kenz, masih ada lagi influencer dan afiliator lainnya yang telah dilaporkan ke Mabes Polri.
Menanggapi hal ini, Direksus Dittipidsus Bareskrim Polri Brigjen Wishnu Hermawan menyatakan bahwa saat ini polisi masih mendalami laporan dari korban.
“Kasusnya masih kita dalami,” katanya, Senin, 14/02/2022.
Hingga saat ini, polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap dugaan kasus penipuan. Mabes Polri menyatakan total kerugian korban mencapai Rp3,8 miliar. Bahkan, ada yang menanamkan uangnya puluhan hingga ratusan juta.
Pengamat menilai bahwa korban ingin kaya secara instan dan banyak yang tidak mendapatkan ilmu pengetahuan. Mengingat literasi keuangan yang masih sangat rendah.
Pengamat menilai bahwa kasus ini bukan hanya salah dari influencer atau afiliator semata dan pihak influencer tidak bisa disalahkan begitu saja. Karena masyarakat itu sendiri yang belum memahami dan ingin cepat-cepat kaya atau ingin mendapatkan kekayaan instan.
Baca juga: Temukan Tujuh Akun Telegram Palsu, Investree Lapor OJK
“Yang dibutuhkan ke depan adalah pengetahuan masyarakat terkait cara kerja produk-produk investasi, dan agar tidak mudah tergiur keuntungan cepat,” kata Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Ajisatria Suleiman, belum lama ini.
Dia mengatakan Literasi dibutuhkan sejak dini, sejak dari sekolah. Oleh karena itu, agar optimal perlu kerja sama lebih erat antara regulator. Hal senada juga diungkapkan oleh Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Ajisatria Suleiman. Menurutnya, pemerintah perlu melakukan edukasi yang lebih masif kepada masyarakat agar tidak mudah tergiur keuntungan dengan cara cepat.