PINTU Ungkap Tiga Narasi yang Bentuk Masa Depan Crypto Global: ETF, Stablecoin, & Tokenisasi RWA

Fintech|November 24, 2025|
PINTU Ungkap Tiga Narasi yang Bentuk Masa Depan Crypto Global: ETF, Stablecoin, & Tokenisasi RWA

Trendtech, Jakarta – Ekosistem crypto kembali jadi pusat perhatian lewat gelaran Web3 Week Asia 2025, sebuah ajang komunitas terbesar yang mempertemukan pelaku industri, regulator, hingga inovator teknologi. Tahun ini, acara yang digelar oleh Blockchainity tersebut mengusung tema “The Capital’s Crypto Conference”, menghadirkan rangkaian diskusi yang membahas arah baru perkembangan crypto di Asia.

Di antara deretan partisipan, PT Pintu Kemana Saja (PINTU) kembali hadir sebagai sponsor sekaligus pembicara dalam sesi panel “The Crypto Narratives of 2026: What Retail Investors Should Watch Next.” Dalam diskusi ini, hadir Jonathan Hartono selaku Sr. Strategy & Business PINTU bersama Andy dari Crypstocks serta Jodi Kalim dari Ave.ai.

Jonathan Hartono membuka perspektifnya mengenai arah masa depan crypto global. Ia menekankan bahwa dalam tiga tahun terakhir sebenarnya sudah banyak sinyal penting yang muncul dari sisi regulasi maupun infrastruktur.

Baca juga: Sinergi Bank dan Fintech Kunci Utama Perluas Akses Kredit Nasional

“Tiga narasi utama yang akan membentuk industri crypto sudah mulai terlihat jelas: ETF, perkembangan regulasi stablecoin lewat GENIUS Act, dan tokenisasi aset nyata atau Real-World Asset (RWA),” ujar Jonathan.

Jonathan menjelaskan bahwa produk spot Bitcoin ETF Amerika Serikat menjadi salah satu pemicu terbesar pergerakan industri. Disetujui Komisi Sekuritas dan Bursa AS pada Januari 2024, produk ETF tersebut mencatat arus masuk lebih dari US$5,95 miliar per 7 Oktober 2025, nyaris menyentuh Rp100 triliun.

Angka tersebut menunjukkan bagaimana investor institusi mulai melihat crypto sebagai aset yang semakin matang dan terstruktur.

Narasi kedua berasal dari kehadiran GENIUS Act, regulasi stablecoin yang disahkan oleh Presiden AS Donald Trump pada Juli 2025. Aturan ini didorong pemerintah AS untuk memperkuat posisi dolar di era digital.

Menurut Jonathan, regulasi ini berpotensi menciptakan infrastruktur baru yang membuka use case stablecoin secara lebih luas, mulai dari cara masyarakat menyimpan hingga membelanjakan uang. “Dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan, industri finansial global bisa berubah total. Yang pasti, kita semua mau tidak mau harus beradaptasi,” jelasnya.

Narasi ketiga, tokenisasi Real-World Asset (RWA), menjadi topik yang semakin ramai seiring langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mulai membuka pembahasan regulasi terkait.

Jonathan menilai peluang ini sangat besar, terutama bagi Indonesia yang kaya akan sumber daya alam. “Early adopters sudah bergerak. Kalau ekosistem RWA ini berkembang, aset-aset Indonesia berpotensi ditokenisasi dan memberi dampak positif bagi perekonomian,” ujarnya.

Dalam penjelasan dari Pintu Academy, RWA sendiri merupakan aset berwujud seperti real estate, komoditas, obligasi, hingga uang, yang direpresentasikan sebagai token di blockchain. Tokenisasi memberikan berbagai manfaat, mulai dari likuiditas lebih tinggi, transparansi, efisiensi biaya, hingga akses investasi yang lebih merata.

OJK melalui publikasi e-magazine “Beyond Infinity – Tokenisasi Real World Assets” pada Juni 2025 menjelaskan bahwa RWA berpotensi menjadi jembatan inklusivitas investasi di Indonesia. Data dari InvestaX menunjukkan nilai pasar tokenisasi RWA telah menembus US$30 miliar pada kuartal III 2025, didorong oleh produk seperti kredit swasta (US$17 miliar), obligasi AS (US$7,3 miliar), serta komoditas (US$2 miliar).

Baca juga: Jenius Luncurkan Sederet Inovasi “Unthinkable”, Perkuat Solusi Life Finance untuk Generasi Digital

Kenaikan ini bukan hanya tren sesaat, tetapi sinyal berkembangnya minat global terhadap aset berbasis token.

Menutup sesi diskusi, Jonathan mengingatkan bahwa meski narasi-narasi besar crypto ini mulai terbentuk, perjalanan menuju pematangan industri masih panjang.

“Tiga narasi ini mungkin belum terasa sepenuhnya dalam setahun ke depan. Namun dalam lima tahun, gambaran besarnya akan jauh lebih jelas. Kita masih berada di fase early adopters, jadi penting bagi investor untuk terus belajar, riset mandiri, dan menerapkan manajemen risiko yang disiplin,” tutupnya.

By Published On: November 24, 2025Categories: FintechTags: , , ,