Trendtech, Jakarta – Microsoft dan Telkom University baru saja menyelesaikan rangkaian kompetisi hackathon AI for Accessibility (AI4A). Sebanyak 26 tim yang terdiri dari mahasiswa Telkom University lintas jurusan berpartisipasi untuk memecahkan tantangan dunia nyata yang dihadapi penyandang disabilitas–mulai dari kehidupan sehari-hari, pekerjaan, hingga komunikasi–dengan bantuan teknologi AI.
Hasilnya, tim ‘Katakan AI’ keluar sebagai pemenang, dan berhak memperoleh hadiah berupa kredit Azure, dukungan dari pakar teknis Microsoft, serta pendampingan berkelanjutan untuk mengembangkan ide mereka di Microsoft Azure.
‘Katakan AI’ adalah ide yang digagas oleh lima orang mahasiswa Telkom University untuk membantu teman tuli berkomunikasi secara seamless dengan teman dengar di ruang pertemuan virtual. Ide tersebut didesain dalam dua bentuk arsitektur. Pertama, sebagai platform desktop dan mobile ‘Katakan AI’ yang berdiri sendiri. Kedua, sebagai extension di platform penyedia layanan konferensi.
Baca juga: Microsoft 365 Copilot, Bagaimana AI Mengubah Cara Kerja di Indonesia
Total terdapat empat fitur utama yang hendak dikembangkan dalam ‘Katakan AI’:
- Voice to text (Bahasa Indonesia). Di sini, AI akan digunakan untuk mengembangkan sistem penerjemah speech-to-text, sehingga teman tuli dapat memahami perkataan peserta teman dengar dengan membaca teks hasil terjemahan kata-kata mereka.
- Penerjemah bahasa isyarat (gerakan tangan). Menggunakan kamera atau sensor gerakan yang dihubungkan dengan platform pertemuan virtual, AI akan dapat mengenali gerakan tangan teman tuli, untuk kemudian mengubahnya menjadi teks dan atau speech yang dipahami peserta teman dengar.
- Chatbot untuk menemukan kosakata yang tidak dikenal. Menyediakan kemampuan memberikan definisi, sinonim, atau contoh dari kata-kata teman dengar yang sulit dipahami, chatbot ini dapat membantu teman tuli untuk menemukan dan memahami kosakata yang tidak mereka pahami ketika membaca teks hasil terjemahan voice to text, secara mudah dan cepat.
- Caption dan subtitle media otomatis. AI dapat digunakan untuk memberikan caption dan subtitle otomatis dari media yang digunakan di pertemuan virtual, seperti slide presentasi, video, maupun media-media pendukung lainnya.
“Ada lebih dari 1 miliar penyandang disabilitas di dunia, dengan sekitar 650 juta di antaranya berada di Asia. Banyak dari mereka membutuhkan teknologi bantu, tetapi hanya 1 dari 10 memiliki akses terhadap produk yang mereka butuhkan. Itulah sebabnya, kami sangat bersemangat mengadakan acara hackathon AI for Accessibility, bekerja sama dengan Telkom University. Ada begitu banyak ide fresh yang muncul untuk dimatangkan dan ditindaklanjuti, sehingga kita akan selangkah lebih dekat dalam mewujudkan dunia yang lebih inklusif – khususnya bagi teman disabilitas,” ujar Krishna Worotikan, Chief Financial Officer dan Diversity & Inclusion Lead Microsoft Indonesia.
Senada dengan Krishna, Dr. Z.K. Abdurahman Baizal, S.Si., M.kom, Dekan Fakultas Informatika Telkom University mengatakan, “Kami sangat bangga dengan kreativitas mahasiswa yang begitu mengagumkan. Mereka mampu come up dengan sudut pandang baru untuk membantu penyandang disabilitas. Di Indonesia, data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 menunjukkan bahwa terdapat 22,5 juta penyandang disabilitas. Angka ini setara dengan kurang lebih 5% dari total penduduk.
“Kami percaya, adanya inovasi yang lahir dari acara seperti hackathon AI4A, dapat menjadi pendorong yang baik untuk mewujudkan dunia yang inklusif bagi semua. Terima kasih kepada seluruh peserta yang telah mencurahkan waktu dan pikirannya untuk ikut memecahkan tantangan bagi teman disabilitas, dan proficiat! Kalian semua adalah pemenang dalam aksesibilitas,” ucap Abdurahman.
Baca juga: ICE Institute Hadirkan Kurikulum Pengembangan Game Berbasis Platform Microsoft
Selain ‘Katakan AI’ yang keluar sebagai pemenang utama, sejumlah ide lain juga mendapatkan penghargaan khusus. Misalnya, ide tongkat bantu jalan pintar bagi penyandang tuna netra, aplikasi tata rias berbasis AI yang dapat membantu penyandang disabilitas penglihatan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian mereka saat merias diri, dan lain sebagainya.
Ni Komang Ayu Suriani, Founder & CEO Difalink yang ikut mendukung kesuksesan program ini dengan menjadi salah satu mitra mengatakan, “Kami di Difalink salut dengan ide-ide yang diberikan. Beberapa ide inovatif, dan kami berharap bisa direalisasikan ke depannya untuk membantu semakin banyak rekan disabilitas.
“Kami percaya, ide-ide tersebut dapat menjadi awal yang baik untuk mendukung inklusivitas di Indonesia, khususnya untuk penyandang disabilitas,” tutup Ni Komang.