Percepatan Digitalisasi Buka Peluang Emas bagi Indonesia Kuasai AI

Trendtech, Jakarta – Gelombang percepatan digitalisasi nasional tidak hanya menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membuka peluang besar bagi pengembangan AI di Indonesia. Dalam Forum Indotelko yang digelar baru-baru ini, terungkap bahwa Indonesia, sebagai negara dengan pengguna AI terbesar ketiga di dunia, memiliki potensi luar biasa untuk menjadi pemain kunci di kancah global.
Kolaborasi Kunci Dorong Laju Digitalisasi Nasional
Forum strategis yang digelar oleh Indotelko Group dalam rangka HUT ke-14 ini membedah implementasi deklarasi percepatan digitalisasi nasional. Setia Gunawan, Co-Founder Indotelko Group, menegaskan komitmennya untuk mengawal kolaborasi antara kebijakan pemerintah dan aksi korporasi di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
“Kita ingin membedah implementasi dari deklarasi yang telah disampaikan, kebijakan pemerintah seperti apa, dan apa saja aksi-aksi korporasi untuk percepatan digitalisasi itu,” ujar Gunawan.
Dari sisi pemerintah, Denny Setiawan, Direktur Strategi dan Kebijakan Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), memaparkan kesiapan peta jalan (roadmap) infrastruktur digital. Roadmap ini mencakup kabel laut, data center, serat optik, dan mobile broadband.
“Dalam jangka pendek, kami akan mengubah regulasi peraturan menteri yang relatif lebih cepat. Kata kuncinya adalah open access dan regulasi kompetisi akses,” jelas Denny. Langkah konkret termasuk lelang frekuensi 700 MHz dan 2,6 GHz untuk menjangkau desa-desa serta perluasan jaringan 5G.
Infrastruktur 5G dan Fiber Optik: Fondasi Penting untuk Ekosistem AI
Sarwoto Atmosutarno, Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), menekankan bahwa percepatan digitalisasi lewat jaringan 5G sangat krusial untuk membangun ekosistem AI dan Internet of Things (IoT). Ekosistem ini diyakini akan mendongkrak ekonomi digital Indonesia sesuai visi pemerintah.
“5G tidak bisa berjalan baik tanpa dukungan backbone. Hitungan kami, kita butuh 100 ribu kilometer jaringan fiber nasional. Saat ini, 5G yang ada baru antara Bali dan Jakarta. Ini tantangan nyata untuk kita ekspansi tahun depan,” tegas Sarwoto.
Di sisi lain, penetrasi internet Indonesia yang telah mencapai 80.66% atau sekitar 229 juta jiwa (survei APJII) menjadi modal kuat. Syahrial Syarif, Ketua Bidang Regulasi APJII, menyarankan peningkatan peran Internet Service Provider (ISP) lokal melalui kolaborasi dengan ISP besar dan RT/RW Net untuk memperluas jangkauan.
Kedaulatan Digital dan Talenta AI: Tantangan yang Harus Dijawab
Ginandjar, Director & Chief IT Services Officer Lintasarta, menyoroti posisi Indonesia sebagai pengguna AI terbesar ketiga di dunia. Namun, ia mengingatkan bahwa ketersediaan talenta yang mumpuni untuk mengembangkan dan mengelola AI masih menjadi tantangan besar.
“AI adalah kesempatan besar bagi kita untuk tumbuh lebih cepat, namun jika salah menyikapi, kita bisa ketinggalan,” ujarnya. Ginandjar menegaskan bahwa pengembangan AI di Indonesia harus didukung oleh infrastruktur inti seperti data center dan cloud, yang ia sebut sebagai “jantung” kedaulatan digital.
Inisiatif AI Merdeka dari Lintasarta disebut sebagai salah satu upaya untuk memperkuat ekosistem talenta digital dan memastikan pemanfaatan AI berjalan secara inklusif dan berkelanjutan.
Ronni Nurmal, Head of Government Industry Relation Ericsson Indonesia, menambahkan perlunya peta jalan yang terarah dan menyeluruh. “Kita jangan hanya membangun jalan tolnya saja (5G), tapi pikirkan juga untuk industri apa AI ini dimanfaatkan. Sinergi semua stakeholder kunci agar roadmap kita terarah,” katanya.
Komitmen Konkret Operator Telekomunikasi untuk Digitalisasi Indonesia
Peran operator telekomunikasi dalam percepatan digitalisasi tidak dapat dianggap remeh. Abdullah Fahmi, Vice President Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel, menyatakan komitmennya tidak hanya pada penguatan jaringan, tetapi juga inovasi teknologi.
“Komitmen ini termasuk perluasan 5G, pemanfaatan AI dalam autonomous network, dan ragam solusi digital lainnya,” kata Fahmi.
Danny Buldansyah, Director & Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison, menekankan pentingnya sinkronisasi peta jalan nasional antara pemerintah, operator, dan industri. “Digitalisasi bukan hanya soal teknologi, tapi tentang menciptakan dampak sosial dan ekonomi nyata,” ujarnya.
Sementara itu, Merza Fachys, Direktur & Chief Regulatory Officer XL Axiata, berkomitmen membangun 8.000 site baru dan mengembangkan layanan yang menyasar 175 ribu sekolah, 42 ribu kantor pemerintahan, dan 8 ribu pusat layanan kesehatan.
Forum Indotelko ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah, asosiasi, operator, dan vendor teknologi adalah kunci untuk merebut peluang emas pengembangan AI di Indonesia di era percepatan digitalisasi ini.

