Trendtech, Jakarta – Saga Sehat, layanan aplikasi digital untuk memantau pertumbuhan seputar kesehatan anak bayi dan balita besutan PT Sadamaya Graha Teknologi hadir untuk membantu target penurunan angka stunting di Indonesia dengan mendorong transformasi digital Posyandu melalui antropometri dan aplikasi.
Inovasi teknologi diimplementasikan melalui kelengkapan alat antropometri seperti Bluetooth Smart Scale, Alat Ukur Tinggi Badan, Blutooth Baby Scale, Alat Ukur Pita Lila, dan Infantometer. Hasil dari komitmennya ini berhasil mengantar Saga Sehat meraih penghargaan dari pemerintah Kota Depok melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) pada penghujung tahun 2022 lalu.
Baca juga: Dampingi Siswa Masuk PTN, Kelas Pintar Luncurkan PTN
“Penekanan angka stunting sangat penting untuk diperhatikan, terlebih Indonesia berpotensi menjadi pusat perhatian dunia internasional apabila memanfaatkan bonus demografi di 2045. Saga Sehat juga sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada pemerintah Kota Depok dalam upayanya menekan angka stunting di daerahnya. Upaya Pemkot Depok menjadikan Depok berada sebagai kota dengan angka stunting terendah di Jawa Barat,” ujar Dimas Harya, Juru Bicara Saga Sehat.
Melalui inovasi produk Saga Sehat, kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dapat membuat laporan Kartu Menuju Sehat (KMS) digital dengan data yang tersimpan di smartphone, di mana akan sangat membantu orang tua balita ketika kartu pencatatan hilang atau lupa terbawa ketika kunjungan. Begitupun dengan pelaporan, aplikasi Saga Sehat menyediakan fitur ekspor excel yang formatnya sudah disesuaikan dengan aplikasi ePPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sehingga proses pelaporan hanya membutuhkan waktu hitungan detik. Aplikasi ini juga mampu memantau pertumbuhan dan melakukan pencatatan informasi seputar kesehatan anak bayi dan balita secara mudah, sistematis, terstruktur, praktis, dan cepat melalui teknologi bluetooth.
“Pada prosesnya, alat antropometri dan pengembangan aplikasi Saga Sehat turut melibatkan kader Posyandu sehingga memudahkan kami menggali masalah dan memberikan solusi teknologi yang paling efektif untuk menekan angka stunting. Selama ini, Posyandu melakukan segala prosesnya secara manual, mulai dari alat timbangan hingga pencatatan dan pelaporan gizi. Fakta yang kami temukan adalah proses penimbangan dan pencatatan yang manual tidak mencapai akurasi yang diharapkan dan perolehan hasil dari pelaporan gizi memerlukan waktu yang tidak sebentar, bisa mencapai satu bulan bahkan lebih,” jelas Dimas.
Dalam kegiatan penyuluhan antropometri yang dilakukan di Posyandu RW 8 Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Saga Sehat mendapat feedback positif dari pihak Posyandu yang berpendapat kehadiran Saga Sehat membantu proses waktu kegiatan Posyandu menjadi lebih optimal dengan hasil yang cepat dan akurasi yang tinggi.
Baca juga: Konten Kreator Raup 50 Miliar dari Platform Monetisasi SociaBuzz
“Saat ini, stunting sudah menjadi prioritas nasional oleh pemerintah, di mana perkembangan stunting harus diminimalisir terlebih di ibu kota. Maka, ketika ditemukan kasus stunting di Puskesmas dan Posyandu harus segera ditindaklanjuti. Produk antropometri dari Saga Sehat sangat membantu kegiatan Posyandu di lingkungan kami dalam hal waktu dan akurasi. Dalam hal ini memang sudah saatnya kita memasuki era digitalisasi yang terkoneksi langsung dengan handphone pintar, termasuk dalam pencegahan stunting ini,” papar dr. Benny A., Kepala Puskesmas Halim PK II.
Dilengkapi berbagai fitur fungsional dan terintegrasi dengan timbangan dan alat ukur tinggi badan digital, data dapat diakses di aplikasi Saga Sehat berbasis Android secara real time. Ragam fitur di antaranya adalah pendataan data anak dan orang tua, pengukuran pertumbuhan dan penimbangan berat badan anak, ekspor dan impor data ePPGBM, hingga layanan customer service untuk membantu kader Posyandu jika menghadapi kendala dalam penimbangan dan pencatatan via aplikasi. Produk antropometri Saga Sehat sudah dikembangkan sejak 2020 dan mulai digunakan sejak 2021 di puluhan kabupaten kota dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) mencapai 60 persen.