Telkom Resmi Teken Akta Spin-Off, InfraNexia Jadi Mesin Pertumbuhan Baru Infrastruktur Digital TelkomGroup

Trendtech, Jakarta – Langkah strategis besar kembali diambil oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dalam memperkuat fondasi infrastruktur digital nasional. Bersama entitas anak usahanya, PT Telkom Infrastruktur Indonesia (InfraNexia), Telkom resmi menandatangani akta pemisahan (deed of spin-off) sebagian bisnis dan aset wholesale fiber connectivity.
Momentum ini menjadi penanda dimulainya babak baru transformasi TelkomGroup menuju model bisnis infrastruktur yang lebih fokus, efisien, dan berkelanjutan.
Penandatanganan akta spin-off dilakukan langsung oleh Direktur Utama Telkom, Dian Siswarini, dan Direktur Utama InfraNexia, I Ketut Budi Utama. Proses ini turut disaksikan oleh Managing Director Business-2 Danantara, Setyanto Hantoro, serta Komisaris Telkom, Rizal Mallarangeng. Langkah tersebut merupakan tindak lanjut dari persetujuan pemegang saham independen Telkom melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang sebelumnya digelar secara daring.
Kesepakatan spin-off ini menjadi salah satu tonggak penting dalam implementasi strategi transformasi jangka menengah TLKM 30. Melalui InfraNexia, Telkom menegaskan komitmennya untuk mempercepat pembangunan ekosistem konektivitas digital yang lebih merata di seluruh Indonesia. Tidak hanya sekadar restrukturisasi bisnis, langkah ini dirancang sebagai upaya menciptakan mesin pertumbuhan baru yang mampu mengoptimalkan nilai aset strategis jaringan fiber optik nasional.
Dengan fokus penuh pada pengelolaan dan pengembangan infrastruktur fiber, InfraNexia diproyeksikan mampu meningkatkan kualitas layanan infrastruktur digital sekaligus memperkuat kinerja TelkomGroup secara keseluruhan. Pendekatan ini diyakini akan membuat bisnis wholesale fiber connectivity menjadi lebih gesit, transparan, dan menarik bagi kolaborasi jangka panjang.
Kuasai Lebih dari 50% Aset Fiber Telkom
Dalam fase spin-off pertama, InfraNexia akan mengelola lebih dari 50% total aset infrastruktur jaringan fiber Telkom. Aset tersebut mencakup segmen access, aggregation, backbone, hingga berbagai infrastruktur pendukung lainnya. Nilai transaksi bisnis dan aset pada fase awal ini mencapai Rp35,8 triliun, mencerminkan skala dan signifikansi langkah yang diambil Telkom.
Sementara itu, fase spin-off kedua ditargetkan rampung sepenuhnya pada tahun 2026. Telkom menegaskan bahwa seluruh proses akan dilakukan secara transparan, penuh kehati-hatian, serta mengedepankan kepatuhan terhadap regulasi dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
Telkom Tetap Jadi Pemegang Saham Pengendali
Pasca transaksi, kepemilikan saham efektif Telkom di InfraNexia meningkat menjadi 99,9999997%, menegaskan posisi Telkom sebagai pemegang saham pengendali. Meski demikian, InfraNexia berkomitmen untuk beroperasi secara netral dalam menyediakan layanan wholesale fiber connectivity, baik untuk kebutuhan internal TelkomGroup maupun pelanggan eksternal.
Pendekatan ini penting untuk memastikan terciptanya ekosistem konektivitas yang sehat, kompetitif, dan terbuka. Dengan model bisnis wholesale yang profesional, InfraNexia diharapkan mampu menyediakan konektivitas berkualitas tinggi dengan jangkauan luas bagi seluruh pelaku industri.
Sejalan dengan Praktik Global Industri Telekomunikasi
Direktur Utama Telkom, Dian Siswarini, menegaskan bahwa pemisahan bisnis wholesale fiber connectivity ini merupakan bagian dari strategi besar dalam mengoptimalkan monetisasi aset strategis. Menurutnya, langkah tersebut akan meningkatkan fokus bisnis, efisiensi operasional, serta membuka peluang kemitraan strategis yang lebih luas.
Menariknya, pendekatan ini sejalan dengan praktik terbaik di industri telekomunikasi global. Sejumlah operator besar dunia seperti Telstra, Telecom Italia (TIM), Telefonica, O2, hingga CETIN telah lebih dulu membentuk entitas terpisah untuk pengelolaan infrastruktur jaringan, dan terbukti mampu meningkatkan efisiensi, valuasi perusahaan, serta daya tarik investasi.
InfraNexia Siap Jadi Motor Ekosistem Konektivitas Nasional
Di sisi lain, Direktur Utama InfraNexia, I Ketut Budi Utama, menegaskan kesiapan perusahaannya untuk menjadi penyedia layanan fiber connectivity wholesale yang transparan, adil, dan terbuka bagi seluruh industri. Dengan kebutuhan konektivitas digital lintas sektor yang terus meningkat, InfraNexia melihat peluang besar untuk berperan sebagai motor penggerak ekosistem konektivitas nasional.
Baca juga: Telkomsel dan Kominfo Uji Coba Registrasi Biometrik, Teknologi Face Recognition Jadi Andalan
Menurutnya, konsolidasi infrastruktur fiber dalam satu entitas akan mendorong terciptanya industri telekomunikasi yang lebih efisien dan kompetitif. Kolaborasi lintas pelaku industri pun diharapkan semakin terbuka, sehingga manfaat konektivitas berkualitas dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat dan pelaku ekonomi digital.
Memperkuat Posisi TelkomGroup di Era Digital
Telkom optimistis, langkah spin-off ini akan mengukuhkan posisi InfraNexia sebagai perusahaan wholesale fiber connectivity terdepan di Indonesia. Pada saat yang sama, TelkomGroup semakin memantapkan perannya sebagai market leader dan enabler ekosistem digital nasional yang berdaya saing global, sekaligus selaras dengan agenda transformasi BUMN dan percepatan ekonomi digital Indonesia.

