Trendtech, Jakarta – Hari ini adalah hari kasih sayang atau yang biasa di sebut Hari Valentine. Dimana banyak orang mulai mencari cara untuk mengekspresikan rasa cinta, mulai dengan bunga, coklat, perhiasan, dan lain sebagainya. Tetapi bagi mereka yang belum punya pasangan, aplikasi kencan jadi tujuan utama di tahun 2020.
App Annie, mengeluarkan data kalau orang Indonesia menghabiskan total USD5,8 juta untuk aplikasi kencan di tahun 2019. Total belanja pelanggan untuk aplikasi kencan semakin meningkat, dari USD1,6 juta di tahun 2017 menjadi USD2,7 juta di 2018, dan USD5,8 juta di tahun 2019.
Tinder dan Tantan menjadi dua aplikasi kencan yang paling banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia. Aplikasi serupa lainnya yang masuk dalam daftar 10 terlaris di Indonesia antara lain Bermuda, Dating.com, Lamour, Azar, Meetme, Blued, Badoo dan OKCupid Dating.
Baca juga : Video Epic Luca Gallone Manfaatkan Smartwatch Buat Sulap
Tren serupa juga bisa dijumpai di Singapura dan Malaysia, di mana pelanggan seluler di masing-masing negara tersebut menghabiskan total USD7,1 juta dan USD5,8 juta.
Menurut Cindy Deng, Direktur Eksekutif App Annie kawasan Asia Pasifik, aplikasi kencan telah berhasil membuka kunci monetisasi dengan memanfaatkan fitur berlangganan dalam beberapa tahun terakhir. Aplikasi-aplikasi tersebut adalah contoh tentang suatu bidang industri yang mampu menyediakan layanan sesuai permintaan pelanggan, yang membuat mereka rela membayar untuk mendapat nilai lebih dengan menawarkan mode baru sehingga berhasil menjadi alat kencan yang sesungguhnya.
Di tingkat global, pelanggan menghabiskan USD2,2 miliar untuk aplikasi kencan. Angka ini naik dua kali lipat jika dibandingkan dengan total belanja mereka 2 tahun sebelumnya. Tinder berhasil mendominasi keseluruhan belanja pelanggan global di tahun 2019.
Tinder juga berhasil mentereng di daftar 5 aplikasi teratas berdasarkan belanja pelanggan, dengan menjadi nomor 1 di Australia dan India, nomor 3 di Singapura, nomor 4 di Vietnam, nomor 9 di Thailand, nomor 4 di Malaysia, dan nomor 5 di Hong Kong.
Baca juga : Mewah, Begini Tampilan Galaxy Z Flip Edisi Thom Browne
Bangkitnya Aplikasi asal Asia
Kini, banyaknya aplikasi asal Asia yang masuk ke pasar Indonesia menjadi sesuatu yang patut dicermati. Di tahun 2019, Tantan, Azar dan Badoo mulai membuka pasar di Indonesia.
Lalu Tantan berhasil menjadi yang terdepan di kawasan tersebut. Aplikasi ini berhasil masuk daftar 10 aplikasi yang paling banyak dimonetisasi di Cina, dengan pertumbuhan global mencapai hampir 70.000% di tahun 2017 hingga 2019. Di tahun 2018, Tantan dibeli oleh Momo, aplikasi media sosial yang terdaftar di Nasdaq dengan banderol sebesar USD760 juta dan kini berkembang secara agresif di pasar Asia.
Selain di Indonesia, Tantan berhasil menempati rangking 8 di Malaysia dan 6 di Taiwan untuk urusan monetisasi aplikasi.
Aplikasi kencan buatan Korea, Azar, yang juga berhasil masuk di daftar 10 aplikasi kencan terlaris di Indonesia, berhasil menjadi juara 3 di tingkat global untuk urusan belanja pelanggan, sedang dua aplikasi lain buatan Jepang, Pairs (yang kemudian dibeli The Match Group) dan Tapple, masing-masing berhasil menempati peringkat 5 dan 8 untuk monetisasi aplikasi.
Secara keseluruhan, aplikasi-aplikasi ini saling bersaing dengan perusahaan-perusahaan tradisional untuk terus tumbuh dan menghasilkan uang dengan menciptakan pengalaman aplikasi yang lebih cocok dengan sensibilitas dan nuansa budaya Asia yang unik.
Menangkap tren pemakaian dan monetisasi aplikasi kencan, Facebook turut memperkenalkan, di mana pengguna bisa memilih siapa saja individu yang cocok dengan mereka di platform ini. Pasangan yang cocok itu bisa saja berasal dari teman, orang yang “menyukai” halaman yang sama, juga orang yang menghadiri event Facebook yang sama dengan Anda.
Oleh karena semakin banyak orang yang memakai platform digital untuk mencari jodoh, bukan tidak mungkin bahwa ke depan akan ada semakin banyak pilihan di ceruk ini, seperti Grindr (untuk komunitas LGBTQ), Single Parent Meet, Our Time (untuk mereka yang berusia di atas 50 tahun), serta aplikasi asal Asia lainnya yang di dalamnya wanita memiliki kebebasan untuk memilih dan memulai percakapan seperti Bumble.
Baca juga : Dibandrol Rp 21 Jutaan, Pre Order Galaxy Z Flip Ludes Dalam 66 Menit
Lebih lanjut Deng mengatakan: “Kesuksesan aplikasi kencan di tingkat global, hal ini menunjukkan adanya fenomena global dalam urusan mencari pasangan. Para developer aplikasi sekarang bisa mencapai kesuksesan di luar negara mereka, jika mereka bisa memahami pelanggan mereka dan mampu memasukkan preferensi pelanggan ke dalam produk mereka guna menciptakan keterlibatan pelanggan yang semakin dalam.”
Seiring dengan semakin banyaknya pilihan aplikasi di pasaran, bukan tidak mungkin bahwa ke depan persaingan akan semakin intensif. Hal ini bisa saja menghasilkan pengguna yang memakai lebih dari satu aplikasi dalam menemukan cinta, bisa saja berdasarkan pertemanan, kesamaan minat, jaringan, bahkan pekerjaan.
“Peluang untuk tumbuh dan monetisasi aplikasi kencan di Asia akan menjadikan bisnis kencan semakin asyik dan layak diperhatikan dalam beberapa tahun mendatang,” ungkap Deng dalam kesimpulannya.