Trendtech, Jakarta – Peneliti Kaspersky mendeteksi aplikasi Trojan Shopper yang meneror pengguna dengan iklan yang tidak diinginkan dan meningkatkan pemasangan aplikasi belanja online sekaligus mengelabui para pengguna dan pengiklan.
Aplikasi berbahaya tersebut singgah ke toko aplikasi (app store) ponsel cerdas Anda, mengunduh, meluncurkan aplikasi dan meninggalkan ulasan palsu atas nama pengguna, semuanya dilakukan sembari bersembunyi di balik perangkat si pemilik.
Baca juga : 431 Ribu Aduan Konten Negatif Masuk Kominfo Sepanjang 2019
Ketika penjualan akhir tahun menyerbu toko-toko, baik para pengguna dan pemilik merek harus selalu waspada. Saat memilih tempat belanja, para pengguna cenderung sangat bergantung pada ulasan, sementara penjual akan meningkatkan anggaran pada iklan dan aktivitas promosi mereka.
Nyatanya, tidak ada yang dapat dipercaya sepenuhnya pada dunia daring. Aplikasi Trojan Shopper terbaru mampu melancarkan aksinya dengan cara meningkatkan pemasangan dan peringkat aplikasi belanja populer, serta menyebarkan sejumlah iklan yang dapat mengganggu pengguna.
Trojan yang dijuluki “Shopper” ini pertama kali menarik perhatian para peneliti setelah kebingungan yang menyebar dari penggunaan Layanan Aksesibilitas Google.
Layanan ini memungkinkan untuk mengatur suara yang dapat membacakan konten aplikasi dan mengotomatisasi interaksi antarmuka pengguna (layanan ini dirancang untuk membantu orang-orang disabilitas). Namun, di tangan pelaku kejahatan siber, fitur ini dapat menghadirkan ancaman serius bagi pemilik perangkat.
Setelah memiliki izin menggunakan layanan ini, malware dapat memperoleh peluang hampir tak terbatas untuk berinteraksi dengan antarmuka sistem dan aplikasi. Itu dapat menangkap data yang ditampilkan di layar, menekan tombol bahkan meniru gerakan pengguna. Belum diketahui bagaimana cara aplikasi berbahaya ini disebarkan, namun peneliti Kaspersky berpendapat bahwa itu dapat diunduh oleh pemilik perangkat dari iklan palsu atau toko aplikasi pihak ketiga saat mencoba untuk mendapatkan aplikasi yang sah.
Aplikasi ini menyamar sebagai aplikasi sistem dan menggunakan ikon sistem bernama ‘ConfigAPK’ untuk menyembunyikan diri dari pengguna. Setelah layar tidak terkunci, aplikasi meluncur, mengumpulkan informasi tentang perangkat korban dan mengirimkannya ke server pelaku kejahatan siber. Server kemudian mengembalikan perintah untuk dieksekusi oleh aplikasi. Bergantung pada perintah, aplikasi dapat melakukan hal sebagai berikut:
- Menggunakan akun Google atau Facebook pemilik perangkat untuk mendaftar di aplikasi belanja dan hiburan populer, termasuk AliExpress, Lazada, Zalora, Shein, Joom, Likee, dan Alibaba;
- Meninggalkan ulasan aplikasi pada Google Play atas nama pemilik perangkat;
- Memeriksa hak untuk menggunakan Layanan Aksesibilitas. Jika izin tidak diberikan, ia akan mengirimkan permintaan phishing untuk mereka;
- Mematikan Google Play Protect, fitur yang menjalankan pemeriksaan keamanan pada aplikasi dari Google Play Store sebelum diunduh;
- Membuka tautan yang diterima dari server jarak jauh di jendela yang tidak terlihat dan menyembukan diri dari menu aplikasi setelah sejumlah layar diblokir;
- Menampilkan iklan saat membuka blokir layar perangkat dan membuat label untuk menyebarkan iklan di menu aplikasi
- Mengunduh aplikasi dari Apkpure [.] Com ‘market’ dan menginstalasinya.
- Membuka dan mengunduh aplikasi yang diiklankan di Google Play;
- Mengganti label aplikasi yang diinstal dengan label halaman yang diiklankan
Baca juga : Dukung Industri Ritel dan E-Commerce, Honeywell Perkenalkan Teknologi Connected Supply Chain
Pangsa tertinggi pengguna yang terinfeksi oleh Trojan-Dropper.AndroidOS.Shopper.a dari Oktober hingga November 2019 adalah di Rusia. Jumlahnya cukup mengejutkan yaitu sebanyak 28,46% pengguna yang dipengaruhi oleh aplikasi shopaholic yang berlokasi di negara tersebut. Selanjutnya hampir seperlima (18,70%) dari infeksi berada di Brasil dan 14,23% di India.
“Fokus dari aplikasi berbahaya ini adalah ritel, tetapi dengan kemampuannya yang canggih, memungkinkan pelaku kejahatan siber untuk menyebarkan informasi palsu melalui akun media sosial pengguna dan platform lainnya. Misalnya, membagikan video dengan konten apapun yang diinginkan operator di belakang Shopper pada halaman pribadi akun pengguna secara otomatis dan mungkin membagikan informasi tidak jelas di internet”, – kata Igor Golovin, analis malware di Kaspersky.