Trendtech, Jakarta – wireless charging sering dianggap sebagai fitur premium pada ponsel pintar. Di pasar seperti AS dan Eropa, fitur ini menawarkan kenyamanan utama bagi pengguna. Namun, berbeda halnya di Asia—di mana prioritas konsumen lebih beragam — wireless charging belum menjadi fitur yang wajib dimiliki.
Meskipun semakin banyak perangkat unggulan yang mendukung teknologi ini, ketidakhadirannya pada ponsel kelas menengah dan murah belum memengaruhi keputusan pembelian.
Berikut 6 alasan mengapa wireless charging masih sulit diterima di pasar Asia.
1.Pengisian Daya Kabel Terus Berkembang
Teknologi wireless charging telah berkembang pesat. Dengan kecepatan hingga 240W, beberapa perangkat dapat terisi penuh dalam waktu kurang dari 10 menit. Bahkan, ponsel kelas menengah seperti Redmi Note 14 Pro+ mendukung pengisian kabel 90W, yang jauh lebih cepat dibandingkan kebanyakan solusi nirkabel.
Meski wireless charging juga bisa ditingkatkan, tantangannya adalah panas berlebih yang dihasilkan. Hal ini dapat memengaruhi baterai dan mengurangi masa pakainya, membuat teknologi kabel tetap menjadi pilihan utama bagi konsumen.
Baca juga: Oppo Mag Wireless Charging vs Apple MagSafe: Apa yang Membedakannya?
2. Pasar yang Sensitif terhadap Biaya
Di negara-negara seperti Indonesia, India, dan Filipina, pasar ponsel pintar sangat kompetitif. Produsen lebih fokus menawarkan fitur bernilai tinggi seperti layar AMOLED, kamera resolusi tinggi, atau baterai besar dengan harga terjangkau. Menyertakan perangkat keras wireless charging hanya akan meningkatkan biaya produksi.
Konsumen di Asia lebih memilih fitur nyata daripada kemudahan yang kurang terlihat. Sebuah layar 120Hz atau kamera 108MP jauh lebih menarik daripada pengisian daya nirkabel yang tidak terlalu relevan.
3. Keterbatasan Praktis
wireless charging memiliki beberapa keterbatasan yang membuatnya kurang praktis. Penyelarasan yang tepat antara perangkat dan bantalan pengisi daya sering kali menjadi masalah. Jika sedikit saja meleset, proses pengisian daya bisa terganggu.
Selain itu, teknologi ini menghasilkan lebih banyak panas. Di negara-negara beriklim tropis seperti Asia Tenggara, ini menjadi masalah serius karena perangkat sudah terpapar suhu lingkungan yang tinggi. Bantalan pengisi daya yang besar dan sulit dibawa juga menjadi kendala bagi konsumen yang sering bepergian.
4. Power Bank Lebih Populer
Power bank menjadi solusi favorit di Asia, terutama di wilayah yang sering mengalami pemadaman listrik. Power bank kabel lebih terjangkau dan portabel dibandingkan versi nirkabel. Dengan teknologi pengisian cepat hingga 100W, power bank memungkinkan pengisian daya yang andal di mana saja.
5. Kebiasaan Sulit Berubah
wireless charging adalah teknologi baru, sementara metode pengisian daya kabel sudah menjadi norma selama bertahun-tahun. Di Asia, mengubah kebiasaan konsumen membutuhkan waktu. Bahkan pengguna ponsel premium sering kali tetap menggunakan pengisi daya kabel karena kenyamanan dan kebiasaan.
Faktor budaya juga berperan. Banyak rumah tangga di Asia menggunakan ponsel secara bersama-sama, dan pengisian daya kabel memungkinkan semua anggota keluarga untuk dengan mudah berbagi pengisi daya.
6. Masa Depan Pengisian Daya Nirkabel
Meskipun saat ini wireless charging belum menjadi prioritas, teknologi ini perlahan mulai diadopsi oleh segmen premium. Furnitur dengan bantalan pengisi daya bawaan, seperti produk dari IKEA dan Samsung, dapat meningkatkan adopsi di pasar perkotaan.
Namun, untuk menjadi lebih umum, wireless charging harus mengatasi tantangannya: meningkatkan kecepatan, efisiensi, dan membuat bantalan pengisi daya lebih terjangkau. Hingga saat itu, pengisian daya kabel kemungkinan akan tetap menjadi pilihan utama di Asia.
Baca juga: Galaxy A56 Hadir dengan Peningkatan Konektivitas Nirkabel
Di Asia, teknologi ini masih jauh dari keharusan. Praktisnya pengisian daya kabel, faktor biaya, dan kebiasaan konsumen yang sudah mengakar menjadi alasan utama. Meskipun teknologi ini menarik perhatian pengguna premium, adopsinya di pasar massal tampaknya masih memerlukan waktu.
Dengan wireless charging yang terus berkembang dan solusi daya portabel yang lebih terjangkau, pengisian daya nirkabel perlu banyak inovasi untuk benar-benar relevan di pasar Asia.