Trendtech, Jakarta – Untuk ketiga kalinya, pionir fintech lending Investree sukses menyelenggarakan konferensi tahunan Investree Conference 2021 (i-Con 2021) dengan mengusung tema “Revitalising SMEs to Support Faster and Resilient Economic Recovery”, di Jakarta, Kamis (09/12/2021).
Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi, mengemukakan optimismenya terhadap pertumbuhan UKM di Indonesia.
“Kami juga terus meningkatkan pertumbuhan basis pemberi pinjaman (lender) baik dari individu maupun institusi. Jumlah lender naik sebesar 64% YoY menjadi 47 ribu dan memperkuat dukungan dari institusi keuangan solid,” ungkap Adrian.
Dalam menjalankan bisnisnya, Investree mengoptimalkan data dan teknologi untuk menghubungkan borrower dan len
Kini, Investree menjadikan bisnis pelaku UKM lebih mudah diakses dan terdigitalisasi dengan menghadirkan beragam solusi bisnis inovatif. Salah satunya kolaborasi dengan Billtree, solusi digital untuk proses bisnis lebih mulus di mana pelaku UKM dapat memanfaatkan layanan faktur elektronik, cloud accounting, dan point of sales (POS) yang dimilikinya.
Ada juga kolaborasi dengan AIForesee sebagai layanan penilaian kredit inovatif yang memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning untuk meningkatkan proses dan keluaran penilaian kredit UKM milik Investree agar lebih komprehensif.
Adrian turut menyorot kontribusi Investree terhadap pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui pembiayaan kolaboratif green financing. Contohnya adalah proyek pembiayaan hijau untuk distributor motor listrik, Gesits Bali Pratama, serta sokongan pendanaan bagi UKM high impact dari lender institusi yang berfokus pada dampak sosial-ekonomi-lingkungan, res
i-Con 2021 menyajikan sesi-sesi tentang tren terkini di industri keuangan digital dan upaya revitalisasi UKM. Dalam sesi 1 “Innovative SME Financing through Fintech Collaboration” bersama Blibli.com, OY! Indonesia, dan Investree, pembahasan bermula dari pain points yang seringkali dihadapi oleh pelaku UKM yaitu kesulitan mengakses pembiayaan dan mengefisiensikan proses bisnis lainnya seperti akuntansi dan pengelolaan karyawan.
Di sinilah para pembicara menjelaskan solusi bisnis yang ditawarkan oleh masing-masing perusahaan untuk meningkatkan akses pembiayaan sekaligus mengefisiensikan aktivitas bisnis agar semakin produktif. Tentunya jalan keluar tersebut tidak akan ada tanpa kerja sama antar anggota ekosistem digital.
Sesi 2, “Digitalization of SMEs to Scale Up Business”, para pembicara dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, wifkain, Paper.id, dan Kargo Technologies meyakini bahwa digitalisasi mampu membuat pengusaha rantai pasok tumbuh lebih kuat.
Selain itu untuk mendorong digitalisasi pelaku UMKM dan UKM, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UKM, Rudy Salahuddin, berkata “Dengan mengimplementasikan UU Cipta Kerja, pelaku usaha besar, UKM, dan UMKM harus saling bermitra agar mereka dapat naik kelas dan mendigitalisasi bisnis mereka.”
Dalam sesi 3 “The Impact of Financial Support for Ultra Micro Business”, dikupas tuntas dampak dari dukungan pembiayaan oleh fintech bagi pengusaha ultramikro bersama Kementerian Koperasi dan UKM, GMO Payment Gateway, Gayatri Microfinance, dan Dagangan.com.
Tenaga Ahli Staf Khusus Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Mikro, Vicky Simanjuntak, berujar, dalam rangka mendukung pengembangan regulasi dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Mikro, kami selalu melibatkan akademisi, sektor bisnis, lembaga keuangan, pemerintah, media, komunitas, dan agregator untuk mempercepat realisasi regulasi tersebut.
Sesi berikutnya bertema “The Role of Sharia Fintech Solution During Pandemic” dan menghadirkan Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), Investree Syariah, HIJUP, dan Scarf Media sebagai pembicara.
Menurut para pembicara, pandemi benar-benar membuat sektor UMKM di negara-negara ASEAN terpukul. Bahkan banyak yang terancam gulung tikar. Di sini, platform fintech yang industrinya tergolong baru khususnya di Filipina dan Thailand hadir membantu permodalan UKM agar berdaya tahan tinggi.
Selain itu pada sesi 7, “Boosting Economic Recovery through E-Procurement Innovation and Opportunities”, mendatangkan tamu pembicara dari Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi LKPP, Mbiz, Indosopha Sakti, dan Garuda Financial. Sesi diskusi tersebut menggambarkan pentingnya kolaborasi lembaga pemerintah dan perusahaan teknologi, serta teknologi e-procurement
Komisioner Garuda Financial, Agus Prabowo, menuturkan, percaya dengan UKM, karena UKM merupakan agen pembangunan ekonomi yang real dan dekat dengan masyarakat. Untuk itu, kita harus bahu membahu menyediakan layanan tepat guna dan sasaran bagi mereka supaya perekonomian kian maju.
Baca juga: 6 Hal yang Mendorong Kontribusi Fintech dalam Upaya Pemulihan Ekonomi
Sesi 8, “Digital Disruptor Becomes Disrupted?”, membahas inovasi bisnis fintech untuk scale-up
i-Con 2021 dihadiri oleh 1700 tamu undangan online, 31 pembicara sesi lokal dan internasional, 2 moderator profesional dan 6 tim Investree, dan rekan-rekan jurnalis lokal, regional, dan internasional.
“Kami bersyukur Investree Conference 2021 dapat terselenggara dengan baik, pastinya karena dukungan regulator, asosiasi, rekanan, semua pemangku kepentingan, teman-teman media, dan masyarakat luas yang tak pernah putus. Semoga para tamu undangan yang kemarin bergabung dapat mengambil manfaat dari setiap sesinya. Mari bersama kita kobarkan semangat untuk membantu para pelaku UKM #GrowStron6er melalui dukungan penuh dari ekosistem digital yang sinergis,” tutup Adrian. Sampai jumpa di Investree Conference 2022!