Trendtech, Jakarta – Xiaomi Corporation mengumumkan laporan keuangan yang belum diaudit pada kuartal ke-2 dan bulan ke-6 yang diakhiri pada tanggal 30 Juni 2019. Pada semester pertama tahun 2019, Xiaomi melaporkan performa hasil perhitungan konsensus, yang didukung oleh strategi ganda “Smartphone dan AIoT” yang menawarkan efisiensi operasional serta ketahanan risiko bisnis.
Dalam periode tersebut, total pendapatan dari perusahaan meningkat sebesar 20,2% atau sekitar Rp193,19 triliun. Pendapatan yang berasal dari bisnis internasional mencapai Rp77,91 triliun, yang berkontribusi lebih dari 40% dari total pendapatan tersebut. Laba bersih (pengukuran non-IFRS) mencapai Rp11,54 triliun, meningkat sebesar 49,8% dari pertumbuhan tahun ke tahun (“YoY”).
Pada kuartal ke-2 tahun 2019, total pendapatan Xiaomi meningkat sebesar 14,8% menjadi Rp104,86 triliun. Laba bersih (pengukuran non-IFRS) adalah Rp7,34 triliun, menunjukkan peningkatan tahun ke tahun yang signifikan sebesar 71,7%.
Xiaomi Founder, Chairman dan CEO, Mr. Lei Jun menyatakan, berkat usaha keras Xiaomi, kami mampu mencapai pertumbuhan bisnis yang solid, mencetak laba dan menjadi perusahaan termuda dalam daftar Fortune Global 500 pada tahun 2019, walaupun menghadapi tantangan ekonomi global.
“Performa kami merupakan bukti kesuksesan strategi dual-engine dari “Smartphone + AIoT” dan model bisnis dari Xiaomi. Kedepannya, kami akan selalu memperkuat kapabilitas dari litbang dan investasi kami dalam memanfaatkan kesempatan yang besar dari kehadiran pasar 5G dan AIoT serta upaya yang kuat untuk mencapai cita-cita perusahaan,” ujar Lei Jun.
Lei jun juga menjelaskan, semester pertama tahun 2019, pendapatan dari smartphone Xiaomi mencapai sekitar Rp11,9 triliun; dimana total pendapatan keseluruhan perusahaan pada kuartal ke-2 dari tahun 2019 adalah Rp64,59 triliun, yang kontribusi utamanya adalah dari tingkat penjualan smartphone dan peningkatan rerata harga jual (ASP).
Menurut Canalys, Xiaomi menduduki peringkat ke-4 di dunia dalam pengapalan smartphone pada kuartal ke-2 tahun 2019. Berkat pengembangan secara konstan terhadap portofolio produk Xiaomi dan dedikasinya dalam menjadikan Redmi sebagai brand yang independen, strategi multi-brand ini menghasilkan keuntungan yang lebih besar; laba bruto meningkat luar biasa dari 3,3% pada kuartal pertama menjadi 8,1% pada kuartal ke-2, bahkan rerata harga jual smartphone di Tiongkok dan pasar internasional mengalami pertumbuhan tahun ke tahun masing-masing sebesar 13,3% dan 6,7%, dengan pendapatan dari smartphone seharga lebih dari Rp4,03 juta yang berkontribusi sebesar 32,3% dari total pendapatan segmen smartphone.
lebih lanjut, setelah peluncuran dari seri flagship Mi 9 dan Redmi Note 7 pada kuartal pertama tahun 2019, Xiaomi kemudian meluncurkan model flagship seri K20 yang menekankan pada efisiensi harga yang luar biasa pada kuartal ke-2, berhasil menciptakan portofolio smartphone yang melengkapi keberagaman harga. Pada kuartal kedua, tingkat penjualan smartphone mencapai 32,1 juta unit. Tingkat penjualan global seri Redmi Note 7 mencapai 20 juta unit per 30 Juni 2019. Selain itu, pengapalan seri K20 secara global telah mencapai lebih dari 1 juta unit sejak kehadirannya di bulan pertama.
Sementara itu, brand Xiaomi terus berinovasi dan memperluas kanal-kanal ritel baru untuk menjaga posisinya sebagai brand yang menjangkau konsumen menengah ke atas dan keberagaman segmen di pasar. Pada 2 Juli 2019, Xiaomi meluncurkan seri CC, dimana seri ini disambut dengan baik oleh kaum hawa, sehingga menciptakan dasar yang kuat untuk mengembangkan pasar tersebut lebih jauh lagi. Pada 7 Agustus 2019, Xiaomi meluncurkan smartphone dengan teknologi kamera beresolusi sangat tinggi 64MP, dan teknologi ini diadopsi pertama kali pada lini produk Redmi. Perusahaan juga mengumumkan kolaborasinya dengan Samsung Electronics dalam menghadirkan teknologi sensor kamera 100MP pertama untuk menjawab tuntutan pengguna yang semakin tinggi. Selain itu, mengikuti komersialisasi dari teknologi 5G, smartphone model 5G pertama dari Xiaomi, Mi Mix 3 5G, telah diluncurkan di beberapa negara di Eropa, dan model smartphone 5G kedua juga akan diluncurkan di Tiongkok pada semester ke-2 tahun 2019.
Sedangkan Dalam semester pertama tahun 2019, pendapatan dari produk IoT dan lifestyle meningkat sebesar 49,3% menjadi Rp 54,49 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Pada kuartal ke-2 tahun 2019, pendapatan tahun ke tahun dari produk IoT dan lifestyle meningkat sebesar 44% menjadi Rp30,07 triliun. Penting untuk dicatat bahwa produk IoT dan lifestyle berkontribusi sebesar 28,8% dari total pendapatan pada kuartal ke-2 tahun 2019, dibanding pada periode yang sama tahun lalu, dimana kategori ini berkontribusi sebesar 22,9%.
Smart TV besutan Xiaomi terus mempertahankan posisi terdepannya. Pengapalan global dari Smart TV ini mencapai 5,4 juta unit pada semester pertama tahun 2019, merepresentasikan pertumbuhan tahun ke tahun sebesar 64,9%, menduduki peringkat pertama dan lima besar perihal pengapalan produk untuk pasar Tiongkok dan global, menurut AVC. Pada kuartal ke-2, total dari pengapalan Smart TV secara global mencapai 2,7 juta unit, meningkat sebesar 41,1% dari tahun ke tahun. Disamping itu, pengapalan Mi Air Conditioners melampaui 1 juta unit dalam kurun waktu 8 hari semenjak peluncurannya pada tanggal 14 Juni 2019.
Per 30 Juni 2019, jumlah dari perangkat IoT dari Xiaomi (di luar smartphone dan laptop) mencapai sekitar 196 juta unit, meningkat sebesar 69,5% dari tahun ke tahun; jumlah pengguna yang menggunakan lebih dari 5 unit produk IoT mencapai sekitar 3 juta pengguna, mengalami peningkatan 78,7% dari tahun ke tahun. Bahkan, pada kuartal ke-2, terdapat sekitar 30,4 juta pengguna aktif bulanan dari aplikasi Xiaomi Home secara global, dan sekitar 49,9 juta pengguna aktif bulanan asisten dengan kecerdasan buatan (AI Assistant ), yang membuat asisten dengan kecerdasan buatan berbasis suara besutan Xiaomi ini menjadi salah satu yang paling sering digunakan di Tiongkok.