Home Life Trend Hindari 5 Kesalahan Ini Agar Sukses Berbisnis di eCommerce
eCommerce

Hindari 5 Kesalahan Ini Agar Sukses Berbisnis di eCommerce

by Trendtech Indonesia

Trendtech, Jakarta – Menjadi seorang pebisnis tentu banyak tantangannya. Namun, di era serba digital ini, sudah semakin banyak lho tips dan trik serta dukungan dari eCommerce agar kamu juga dapat meraih sukses.

Dalam acara Lazada Seller Conference #Pesta 9emilang,  sosok inspiratif Rico Huang, Co-Founder Alona & Dropshipaja.com, turut berbagi mengenai “5 Kesalahan yang Seharusnya Tidak Saya Lakukan Agar Bisnis Jalan Tapi Hidup Tenang.” Di usianya yang baru menginjak 25 tahun, Rico sudah berhasil membangun kerajaan bisnis. Kita simak bareng, yuk!

Baca juga: Kolaborasi DANA dan YesDok Hadirkan Layanan Kesehatan

Kesalahan Pertama: Mindset Pemikiran yang Kurang Tepat

Merasa tahu segalanya dan segan  menerima masukan dari orang lain adalah salah satu kesalahan umum para pebisnis baru. Rico bahkan mengakui sempat memiliki mindset ini saat awal berbisnis yang berujung pada kebangkrutan usahanya. Akhirnya Rico pun mulai mengosongkan ‘gelas’nya (pikirannya) agar bisa menerima, menyerap dan mempraktikkan semua ilmu dan masukan yang membangun dari berbagai pihak. And it worked!

Terkadang orang lain bisa melihat hal penting yang mungkin terlewat oleh kita, padahal hal itu mungkin signifikan untuk pertumbuhan bisnis. Jadi jika ada masukan positif dari orang lain, terutama sesama penjual, kenapa tidak kita dengarkan? Menerima masukan, bahkan kritik membangun dari orang-orang terdekat, dapat membantu bisnis untuk berkembang.

Kesalahan Kedua: Tidak Mau Berkomunitas

Menurut Rico, banyak juga pebisnis yang tidak meluangkan waktu cukup untuk berkomunitas dan networking. Ada yang karena terlalu sibuk mengurus operasional bisnis ataupun merasa diri introvert dan malu saat berinteraksi dengan orang baru. Jelas penjual seperti ini tidak memanfaatkan komunitas penjual dengan maksimal, atau bahkan memilih untuk jalan sendiri dan tidak bergabung komunitas manapun. Padahal dengan bergaul di komunitas sesama penjual seperti Lazada Club, tidak hanya ilmu yang bisa didapatkan, namun juga jejaring dan bahkan kesempatan bisnis.

Kesalahan Ketiga: Pokoknya Aku yang Paling Murah

Bagaimana kita bisa bersaing dengan kompetitor: jadi yang termurah atau jadi berbeda? Perdebatan itu takkan pernah habis. Menurut Rico, tidak masalah bisnis kita menjadi yang termurah atau menjadi yang berbeda, asal kita bisa mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan tersebut.

Misalnya, kelebihan menjadi yang termurah adalah di value dan omset yang tinggi serta biaya marketing yang rendah, namun nilai margin tipis sehingga terbatas untuk membangun sistem operasional yang baik. Jika kita ingin menjadi yang berbeda, tentu kelebihannya adalah kita memiliki produk yang unik dan berbeda dari kompetitor, dan mungkin juga menawarkan promo bundling yang banyak dilakukan dalam kampanye-kampanye eCommerce yang menarik untuk konsumen. Namun tentu biaya marketing dan waktu riset produk menjadi lebih tinggi karena perlu membangun brand awareness terlebih dahulu. Pertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan sehingga kita bisa menentukan strategi bisnis yang memang sesuai dengan tujuan akhir kita.

Kesalahan Keempat: Menyerah Sebelum Mencoba

Jika belum apa-apa sudah menyerah, bagaimana kita bisa meraih sukses? Rico pun menyebutkan ada langkah-langkah yang kerap digunakan untuk mengevaluasi langkah bisnisnya yaitu Test (misalnya aktif beriklan di media sosial dan menaruh link ke toko di Lazada), Operate (beroperasi sesuai hasil iklan), Test (melakukan riset kembali dan merevisi keyword bila diperlukan), Exit (evaluasi dan belajar hal baru). Intinya, gagal sekali bukan berarti akhir dari dunia. Terus lakukan evaluasi bisnis hingga bisa menemukan formula yang paling pas untuk bisnismu karena berjualan online harus serius – tidak hanya sekadar memajang produk di eCommerce dan menunggu cuan datang.

Kesalahan Kelima: Aku Adalah Superman

Ketika mengawali bisnis, semua hal masih dikerjakan sendiri, mulai dari marketing, administrasi, desain konten, foto produk, hingga pengemasan dan pengiriman barang. Namun, seorang pebisnis harus mampu mendelegasikan tugas-tugas agar dapat fokus memikirkan strategi pengembangan bisnis. Menurut Rico, seorang pebisnis yang baik tidak hanya bergantung pada dirinya sendiri, tetapi juga harus bisa mengandalkan anggota timnya agar bisnis dapat berjalan dengan optimal. Percayalah, semakin besar bisnis, semakin banyak bantuan yang dibutuhkan pebisnis agar ia tidak terjerat pada rutinitas operasional semata.

Baca juga: Kesenjangan Digitalisasi di Indonesia, Lazada Siap Dukung Bisnis Jalani Transformasi Digital

Untuk brand dan penjual yang semakin besar dan mulai kewalahan menangani pesanannya, Lazada menyediakan fitur Fulfillment by Lazada, dimana Lazada memberikan layanan terintegrasi, mulai dari penyimpanan, pengepakan hingga pengiriman barang langsung dari gudang Lazada. Sehingga pebisnis cukup duduk manis memperhatikan grafik peningkatan penjualan di sistem Lazada dan bisa fokus pada strategi dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Lazada memang menjadi tempat bagi para UMKM Indonesia yang tidak hanya sekedar ingin memiliki toko online, tetapi memiliki semangat berbisnis dan ingin terus belajar dan berkembang. Dengan berbagai fasilitas yang disediakan oleh Lazada, mulai dari program edukasi di Lazada University, pemberdayaan komunitas melalui Lazada Club, fitur Bisnis Analisis yang memberikan data dan insights tren terkini untuk penjual hingga solusi logistik terpadu, kami senantiasa berkomitmen untuk mendukung digitalisasi para UMKM agar dapat meningkatkan skala usaha mereka serta dapat bersaing di industri yang kompetitif, terutama di era digital ini,” ujar Haikal Bekti Anggoro, SVP Traffic Operations & Sellers Engagement, Lazada Indonesia, saat pelaksanaan Lazada Seller Conference 2021 yang dihadiri lebih dari 11.000 penjual di Lazada belum lama ini.

Berita Lainnya

Leave a Comment